Penjabat (Pj) Bupati Sumedang, Herman Suryatman, dipersoalkan gegara pidatonya yang diunggah ke media sosial terkait penyebutan ‘Pangeran’ Dony Ahmad Munir dan Pangeran Erwan Setiawan. Hal itu ia ungkapkan saat memberikan sambutan pada acara Haul Pangeran Sugih, Sabtu, 23 September 2023, di Alun-alun Sumedang.
“Alhamdulillah ayeuna urang ngagaduhan pangeran oge, aya Pangeran Dony, aya Pangeran Erwan, aya Pak Bupati, aya Pak Wakil Bupati, 2018-2023,” kata Herman Suryatman saat pidato beberapa waktu lalu.
Dalam pidatonya itu, Herman menyebutkan, Sumedang hari ini lebih baik dari sebelumnya. “Upami tipayun, aya Pangeran sugih, Aya Pangeran Kornel, Aya Pangeran Mekah. Ayeuna urang ngagaduhan namina Pangeran Doni Ahmad Munir,” katanya dalam pidato.
Rukun Wargi Sumedang (RWS) Cabang Sumedang, melalui surat resmi yang ditujukan kepada ketua DPRD Sumedang meminta untuk beraudiensi dan mempertanyakan terkait pernyataan Pj Bupati Sumedang tersebut.
Adapun isi suratnya dengan nomor 001/S-Cabang/RWS/VI/2023 tertanggal 23 September 2023, pada point ke 4, RWS Cabang Sumedang menyampaikan :
“Kami mempertanyakan atas pernyataan saudara Pj Bupati Sumedang di Medsos yang berdurasi 1.17 menit menyatakan adanya Pangeran Dony dan Pangeran Erwan. Berdasarkan apakah pernyataan dan pengangkatan tersebut, begitu mudahnya disejajarkan dengan leluhur kami yang dimuliakan”
Menanggapi hal itu, Pj Bupati Sumedang, Herman Suryatman, mengatakan bahwa kata ‘Pangeran’ dimaksud adalah kiasan atau makna konotatif (untuk menggugah rasa), bukan makna denotatif (makna sebenarnya).
“Saya menyampaikan pernyataan itu dalam konteks keberlanjutan kepemimpinan pada acara haul Pangeran Sugih. Saya sampaikan bahwa pada masa lalu Sumedang memiliki pemimpin yang membanggakan seperti Pangeran Sugih, Pangeran Kornel dan Pangeran Mekah. Kita harus mengambil spirit dari kepemimpinan Pangeran Sumedang serta mengadaptasikannya dengan tantangan masa kini. Jadi kata ‘Pangeran’ tersebut disampaikan dalam konteks kepemimpinan untuk menggugah rasa (memotivasi), bukan pengertian sebenarnya sebagai gelar keturunan raja,” ungkap Herman di Sumedang, Rabu (27/9).
Contoh kiasan atau kata yang menggugah, seringkali kita mendengar julukan ‘Pangeran Biru’ sebagai kiasan atas kebanggaan kita kepada Tim Sepak Bola Kesayangan Persib. Ada juga kata ‘Cadas Pangeran’, yakni nama jalan di Sumedang yang mengabadikan perjuangan Pangeran Kornel dalam pembangunannya.
Dikatakan bahwa, saat ini Sumedang telah menorehkan berbagai prestasi sebagai kabupaten dengan kinerja pemerintahan terbaik tingkat Provinsi Jabar maupun Nasional dibawah kepemimpinan Bupati dan Wakil Bupati periode 2018-2023. “Jadi yang dimaksudkan ‘Pangeran’ disana adalah kepemimpinan Bapak Dony dan Bapak Erwan yang membanggakan laksana pangeran,” ucapnya.
Ia menjelaskan, bahwa tidak ada maksud membanding-bandingkan antara kepemimpinan para Pangeran Sumedang dengan kepemimpinan masa kini, tetapi mempersandingkan. Karena hakekat kepemimpinan adalah estapet keberlanjutan dan perbaikan terus-menerus (continuous improvement).
“Jangan sampai kita terjebak pada romantisme masa lalu. Haul Pangeran Sugih, harus kita tempatkan sebagai media untuk mendo’akan, serta momentum untuk mengambil spiritnya sebagai bekal bagi peningkatan kualitas kepemimpinan masa kini dan ke depan,” kata Herman.
Selanjutanya Herman menyampaikan permohonan maaf apabila ada salah paham atas pernyataan ‘Pangeran’ tersebut. “Dari lubuk hati terdalam saya menyampaikan permohonan maaf. Sebagai Penjabat Bupati Sumedang, saya tidak punya maksud lain kecuali memotivasi dan menginspirasi masyarakat agar kita mampu meneladani kepemimpinan Pangeran Sumedang,” pungkasnya.